Assalammualaikum....

Perkenankan, saya ibu tiga putri yang cantik-manis-cerdas berbagi cerita dengan pengunjung blog ini. Semoga memberi manfaat bagi yang lain...
Powered By Blogger

Rabu, 05 Oktober 2011

Sekolah Pertama


cute baby....my Feby

Sudah 2 bulan ini, si kecil Feby ikut bergabung di Play Group. Dibanding 30 anak teman play groupnya...mungkin dia paling kecil. Yaaah...Feby baru 2 tahun 7 bulan. Sebagian orang mungkin beranggapan dia terlau dini untuk dipaksa masuk sekolah. Namun aku punya pertimbangan lain memasukkannya di sekolah khusus balita ini.
Pertama
Feby anak yang mudah meniru, cepat menangkap hal-hal baru, bicaranya lancar dan jelas apa maksud ucapannya, namun dia lebih banyak bergaul dengan orang-orang dewasa (lebih tepat : tua).
Sehingga...seringkali kata-kata yang ditirunya adalah kebiasaan ngobrol (baca: ngrumpi) orang-orang tua tersebut. Misalnya : ketika dia bertemu seseorang yang dia kenal, tiba-tiba dia akan bertanya padaku siapa istri orang itu, anaknya berapa,....wadeeewh...ini khan bukan gaya bertanya anak-anak. Aku kuatir....omongannya akan makin ngelantur dan sembarangan.
Kedua
Seringkali, karena dia diasuh oleh baby sitter yang gak pernah sekolah, jarang berbahasa Indonesia, sehingga...lama-lama tata bahasanya kurang “ tata krama”, karena seringnya si Emak pengasuhnya menggunakan bahasa Jawa. Gak masalah sih bila yang diajarkan bahasa Jawa yang halus-halus. Masalahnya si Emak bahasa sehari-harinya bahasa Jawa ngoko tidak...kromo juga bukan. Jawa gaul kaleee...
Ketiga
Si pengasuh ini...punya kebiasaan mengasuh balita yang sangat tradisonal, seperti:
·   menyuapi sambil jalan kemana-mana. Kalau kutegur, katanya si Feby maunya begitu, gak akan makan bila cuma di rumah. Maksudku..bolehlah disuap sambil main atau jalan (asal feby mau makan)...tapi jangan sampai keluar halaman apalagi di jalanan, sampe jauh pula. Aduuuh...debunya kan bisa ikut ke makan.
·   Masih suka menggendong pakai kain gendongan bayi, padahal Feby sudah semakin besar, kakak-kakaknya..begitu bisa jalan sudah nggak tergantung sama kain gendongan. Ini kan bikin si feby manja dan aleman. Kalau kutegur...katanya lebih aman, lebih nyaman, dia capek kalo nggak nggendong pakai kain, biar nggak berlarian, terus jatuh...dan segudang alasan lain. Kan lebih baik biarkan Feby berjalan, berlari..kalaupun perlu digendong (untuk alasan tertentu) nggak perlu pakai kain gendongan kaaan...
·   Pipispun...masih suka dipipisin asal tempat. Dimana Feby bilang “pipis”, di dekat situlah si pengasuh ini akan membantu Feby pipis. Padahal...pipis di kamar mandi Feby juga mau.
·   Dan menurutku biarpun masih kecil, pipis harus di kamar mandi (biar gak kebiasaan dan tahu etika gitu....). Syukurlah, sekarang...kebiasaan ini sudah jauh berkurang.
·   Paling parah...,kalau malam sering diajak main di luar halaman. Kalau kularang, alasannya nggangguin kakaknya belajar, nangis saja dan bete di dalam rumah. Padahal...mungkin si pengasuh ini yang bete di dalam rumah. Heeehhh....kalau aku sudah memanggil masuk dengan nada tinggi, baru si kecil diajaknya masuk rumah.

Keempat
·    Karena si pengasuh selalu menuruti kemauannya, Feby seringkali  minta ini itu semaunya. Paling suka beli-beli jajan...tapi gak pernah dimakannya.  Jadi, aksi cari perhatian si Feby ini perlu diarahkan yang positiv.
·    Dan memang...si kecil ini selalu bete dan rewel bila nggak ada teman berbincang dan bermain. Jadi....,senang betul kalau diajak keluar rumah dan bermain bersama anak seusianya (atau yang lebih besar darinya)
·   Supaya si Emak pengasuh, bisa leluasa beres-beres di rumah pada saat jam sekolah.  Syukurlah kalo Emak ada waktu buat setrika...kan nggak perlu manggil tukang setrika lagi (strategi berhemat yang nggak terlaksana nih...).
Sehingga kuputuskan mencoba mendaftarkan si kecil ke Play Group Mutiara Bunda dan bergabung belajar apapun dengan teman-teman seusianya.


siap meluncur...aku beraniiii.........
Awalnya...dia sangat takut bertemu dengan orang-orang baru.  Menurut gurunya...itu wajar.  Pada saat keadaan darurat....pernah kucoba mengantar ke sekolah  dan kutinggal secara sembunyi-sembunyi maupun secara paksa serta memberi pengertian untuk ditinggal, sekolah tanpa ditunggu. Tentu saja dia nangis (dan aku sebenarnya kuatir dia akan trauma dan mogok sekolah), tapi cuma sebentar dan berhasil di handle gurunya. Sayang cuma bertahan tiga hari, lalu hari berikutnya dia mogok sekolah (kekuatiranku dia akan trauma sekolah terbukti). Hari ini alasannya kepalanya pusing "palaku pucing buk...."),...esoknya dia bilang takut gurunya...esoknya dia bilang takut ditinggal sekolah sendiri lagi (Naaah...ini baru alasan sesungguhnya). Halaaaahhh.....
Akhirnya...rencana melatih mandiri si kecil agar lebih berani dan lebih kreatif tak semulus yang kubayangkan. Memang perlu proses...,tapi harus bersabar dooong.
siap berangkat sekolah. Semangaaaatt.......
Ternyata, memang sebaiknya ada yang menunggunya di sekolah. Karena, teman-temannya juga sesama balita..., kadang-kadang berebut ini dan itu, juga beraneka sifat-sikap-maupun tingkat kenakalannya. Selain itu...ada pengasuh yang menunggu membuat Feby nyaman beraktivitas di sekolah. At last...si Emak ikut sekolah deh..
Guru di sekolah ada 6 orang..., tentu repot mengawasi 25 anak balita waktu jam bermain bersama di luaran. Meski guru menganjurkan ditinggal saja...melihat Feby belum siap secara mental untuk sekolah sendiri, dan aku juga belum tega membiarkan dia sendirian di sekolah, akhirnya si Emak pengasuh kusuruh menemani.  Dengan catatan penting....Sebisa mungkin biarkan Feby mandiri...mengikuti kegiatan bermain dan sekolah secara bebas dan lepas. Dan Emak, cukup menunggu di ruang tunggu (di luar kelas)
Kini setiap hari jam 07.15 aku akan mengantar Feby dan Emak ke sekolah dan menjemputnya pukul 10.30.  Ini adalah kegiatan yang terbaik dibanding Feby berada di rumah. Melatih kedisplinan, sosialisasi, kreatifitasnya jadi lebih terarah, perkembangan motoriknya juga terlatih. Begitu cepatnya dia menangkap apa-apa yang diajarkan di sekolah, terutama lagu dan doa-doa.  Dia juga berani menyanyi beregu di depan kelas (tapi kalau sendiri, masih tetap belum berani), juga acung jari bila guru berkata "siapa bisaaaa.....?" Si Emak pengasuh juga jadi tahu apa-apa yang harus diajarkan ke Feby (karena Feby pasti akan tanya sesuatu yang diajarkan dan dia lupa).
 Jadi anggapan bahwa menyekolahkan anak terlalu dini itu kurang baik (menurut beberapa teman yang punya anak sebaya Feby) adalah keliru. Dikenalkan sekolah sejak usia dini itu jauh lebih baik, dengan catatan...anak tidak terbebani atau dipaksa. Yang kulakukan pun begitu...kalau Feby kelihatan rewel atau bad mood, kurang sehat, bahkan masih pulas tertidur dan sulit dibangunkan karena malam hari tidur terlalu larut...ya libur sekolahnya.  Hehehehe....
Have fun at school beb....I love you

Tidak ada komentar:

Posting Komentar